Wednesday, November 23, 2011

Kezuhudan Rasulullah SAW - 1



Mari kita petik riwayat Abdullah bin Mas’ud.

“Suatu ketika aku datang mengunjungi Rasulullah, ketika itu beliau baru saja
bangun dari tidurnya, maka aku berkata kepadanya: ‘Ya Rasulullah! bagaimana
kalau aku ingin memberi tuan kasur untuk terhindar dari himpitan yang tak sedap
dipandang itu?’ Rasulullah menjawab: ‘Apa artinya aku dan dunia ini, aku dan
dunia bagaikan seorang musafir yang berteduh di bawah pohon melepaskan lelah
kemudian pergi meninggalkannya untuk selamanya.’ Beliau sering berdo’a:
‘Ya Allah, jadikanlah rizqi keluarga Muhammad sekedar memenuhi kebutuhannya.’ ”

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisya r.a. dia berkata:

“Rasulullah tidak makan roti gandum selama tiga hari berturut-turut sejak
beliau datang dari Madinah sampai beliau kembali.”

Ahmad meriwayatkan dari Anas r.a. dia berkata:

“Fathimah r.a. memberikan kepada Nabi s.a.w. sekerat roti gandum, kemudian
beliau berkata kepada putrinya itu: ‘Ini adalah makanan pertama yang ayah makan
sejak tiga hari ini.”

Subhanallah!!

Sifat zuhud inilah yang mendorong Rasulullah s.a.w. untuk melaksanakan
segala perintah-Nya, karena janji Allah yang beliau yakini, seperti dalam
firman-Nya:

“Dan akhirat adalah lebih baik bagimu dari pada dunia.”
(QS. Ad-Dhuha : 4)

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami
berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan
dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan adalah lebih
baik dan lebih kekal.”
(QS. Thoha : 131)

Ini bukan berarti bahwa Rasulullah s.a.w. dengan sifat zuhud dan
kesederhanaannya itu hendak melepaskan diri dari keluarga dan kesenangan hidup
dunia yang Allah sediakan buat hamba-hamba-Nya, karena beliau juga melarang
sahabatnya yang ingin hidup membujang dan yang anti kemewahan hidup.

Apa hikmah yang perlu kita ambil dari sifat ini?

Janganlah kita berkesimpulan yang salah mengenai Kezuhudan Rasulullah
s.a.w. Perlu disadari bahwa sifat kezuhudan beliau ini bukanlah karena beliau
fakir(melarat), bakhil (pelit), dan tidak punya makanan sama sekali. Andai kata
beliau menginginkan hidup mewah yang bergelimungan dengan harta kekayaan dan
bersenang-senang dengan bunga-bunga kehidupan dunia, niscaya dengan patuh dan
taat dunia ini akan tunduk di hadapan beliau. Akan tetapi bukanlah kemewahan
hidup di dunia yang beliau kehendaki.

Di balik sifat zuhud Rasulullah sungguh banyak tersimpan nilai-nilai
pendidikan dan pengajaran yang ingin beliau tanamkan pada ummatnya.

1. Rasulullah s.a.w. ingin menanamkan dan mengajarkan kepada generasi Muslim
tentang arti cinta dan pengorbanan serta kemulyaan.

Al-Baihaqi meriwayatkan dari Aisyah bahwa ia berkata: Rasulullah tidak
makan selama tiga hari berturut-turut; andaikata kami menghendaki itu niscaya
kami makan, akan tetapi beliau lebih senang memulyakan jiwanya.

2. Rasulullah s.a.w. ingin mendidik generasi Muslim agar biasa hidup sederhana
dan qanaah (rida dengan pemberian Allah).

Rasulullah khawatir ummatnya dihinggapi penyakit rakus terhadap
bunga-bunga kehidupan dunia yang bisa melupakan kewajiban da’wah dan jihad.
Beliau khawatir ummatnya dihinggapi penyakit mabuk daratan melihat harta yang
bergelimangan sehingga lupa serta lengah terhadap kewajiban menegakkan kalimat
Allah. Beliau juga khawatir kalau-kalau dunia ini terbentang di hadapan mereka
yang menjadikan mereka binasa seperti yang telah terjadi pada ummat-ummat
sebelum mereka. Semoga kita dijauhkan dari segala yang dikhawatirkan Rasulullah
s.a.w.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Abu Ubaidah r.a. ketika
datang dari Bahrain dengan membawa harta benda yang banyak, setelah mengerjakan
sholat Subuh orang-orang Anshor ramai-ramai menyambut kedatangannya. Melihat
mereka itu Rasulullah s.a.w. tersenyum, kemudian beliau bersabda:

“Saya mengira kamu sekalian keluar dari tempat ini karena mendengar Abu Ubaidah
datang dengan membawa oleh-oleh yang banyak.”

Mereka menjawab: ‘Benar ya Rasulullah!’

Rasulullah kemudian bersabda:
“Bergembiralah dan carilah sesuatu yang dapat menggairahkan kamu, tetapi demi
Allah! bukanlah kemiskinan dan kefakiran yang saya kuwatirkan, tapi saya
khawatir kalau dunia ini membentangkan segalanya di hadapanmu, kemudian kamu
berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan seperti mereka juga mencarinya kemudian
kamu binasa karena hartamu seperti yang pernah menimpa mereka.”

3. Rasulullah s.a.w. ingin menampakkan kepada musuh-musuh Islam bahwa beliau
berda’wah, mengajarkan agama kepada manusia bukan karena menaruh keinginan
untuk menumpuk-numpuk harta kekayaan dan kesenangan, kemewahan dan bukan pula
untuk memburu dunia dengan nama agama. Akan tetapi beliau hanya semata-mata
mengharapkan pahala dari Allah, dan hanya mengharapkan pertemuan dengan Allah.
Beliau tidak menyimpan satu hartapun kecuali makanan yang cukup untuk dimakan
malam harinya, dan pakaian yang dapat menutup auratnya. Dan apa-apa yang ada
dalam rumah beliau hanyalah barang shodaqah.

Begitulah sifat dan sikap beliau dan Nabi-nabi sebelumnya.

“Dan dia berkata: Wahai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepadamu
sebagai upah bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah, dan aku sekali-
kali tidak mengusir orang-orang yang beriman.”
(QS. Huud : 29)

—————————-
dengan mengetengahkan aspek yang unik dari Rasulullah yang perlu sekali kita
teladani. Yakni, sifat tawadhu’ Rasulullah. Apa yang tergambar dalam benak
kita apabila kita mendengar seseorang itu tawadhu’?
Kurang-lebihnya orang itu pasti memiliki sopan santun, menghormati yang tua dan
mengasihi yang muda, berbuat baik kepada tamunya, kawan-kawannya,dll. Dengan
kata lain, orang itu memiliki budi pekerti yang luhur dan ber-akhlaq mulia.
Pasti orang semacam ini mudah sekali bergaul dan disenangi orang lain.

3. Sifat Tawadhu’ Rasulullah
—————————-

Rasulullah s.a.w. sebagai insan kamil banyak mempunyai sifat tawadhu’
dan bahkan sifat ini telah menjadi kebiasaannya sejak kecil, jauh sebelum
masa kenabian beliau. Apabila kita tengok dalam Sirah Nabawiyah, akan jelas
sekali terbukti betapa harum nama beliau di kalangan kaumnya, karena sifat
beliau. Beliu terkenal sekali sebagai “Al-Amin” (yang terpercaya).

Sifat tawadhu’ inilah yang telah mengangkat diri Rasulullah sebagi
orang yg berbudi luhur dan ber-akhlaq mulia dalam bentuknya yg sempurna dan maha
tinggi. Aisyah r.a. yang sehari-hari hidup mendampingi Rasulullah menyimpulkan
bahwa akhlaq beliau adalah Al-Qur’an. Tidak hanya itu. Allah sendiri pun memuji
akhlaq beliau, sebagaimana diabadikan dalam Surat Al-Qalam ayat 4:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Subhanallah!! Betapa tinggi pujian ini. Bukan dari Presiden ataupun
Perdana Menteri, tetapi langsung dari Allah!

Orang-orang yang hidup bersama Rasulullah dan yang pernah menyaksikan
cara hidup beliau mereka menyatakan bahwa beliau selalu memberi salam kepada
sahabat beliau, dari yang kecil sampai yang besar. Bila beliau berjabatan
tangan beliau tidak hendak melepaskan sebelum sahabat itu melepaskan tangannya.
Apabila beliau datang dalam suatu pertemuan tidak mau duduk sebelum
berjabat tangan dengan seluruh undangan yang hadir. Beliau juga orang yang
biasa berbelanja ke pasar-pasar dengan membawa barang-barang yang beliau beli
dengan tangannya sendiri. Ketika Abu Hurairah hendak membawakan barang-barang
beliannya itu beliau menolaknya sambil berkata: “Akulah yang lebih pantas
membawa barang-barang ini”.

Terhadap kaum buruh dan orang-orang miskin beliau tak pernah
menampakkan rasa sombong dan takabbur. Beliau selalu memenuhi undangan orang
yang mengundangnya, memaafkan orang yang berhalangan. Beliau juga pernah
menambah dan menjahid sandalnya dengan tangannya sendiri, menjadi penggembala
kambing tetangganya, makan bersama-sama dengan para nelayan beliau, selalu siap
menolong orang lain yang membutuhkannya, duduk di atas tanah tak beralas bukan
di atas kursi yang empuk, walaupun beliau seorang pemimpin besar dunia!

Keluhuran budi Rasulullah seperti tersebut di atas adalah karena
didikan Al-Qur’an untuk berbudi luhur, seperti firman Allah:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman.”
(QS. Asy-Syura: 215)

No comments:

Post a Comment